Affan Mari Cerdas Bernarasi, Stop Kritik Destruktif

November 14, 2021 | [post-views]
IMG-20211113-WA0003

Senja ini udara begitu sejuk. Sambil menikmati kehangatan kopi yang perlahan menyusuri kerongkongan, sesekali perutku tergelitik membaca balasan tulis adinda Nizwar Affandi terhadap komentarku mengenai keritikannya terhadap Pak Arinal dan Bu Nunik. Terlebih tulisan tersebut dipublikasikan oleh media online rmollampung.id dan analisis.co.id, membuat tulisan itu semakin bertuah.

Mengapa saya tergelitik? Sebab menurut saya tulisan tersebut tak ubahnya fatwa Firaun yang terkesan edukatif namun sejatinya penuh penghakiman dan pemaksaan pendapat. Penuh arogansi argumentasi dan kesombongan. Sengaja komentar saya terhadap keritik adinda Nizwar Affandi yang ia tulis sehari sebelumnya bernada keras. Tak lain dan tak bukan saya hanya ingin mengingatkan adinda Affan untuk lebih bijak dalam mengeritik. Keritik boleh tapi jangan memvonis. Bukankah KH. Agus Salim pernah mengingatkan, memvonis/menghakim dalam mengeritik adalah kebodohan dalam bernarasi. Nizwar Affandi, politisi cerdas yang biasa ku panggil Affan.

Dinda Affan, tulisanku kemarin tidak bermaksud menyerang karaktermu secara pribadi atau “Ad Hominem”, sebab dalam tulisan tersebut telah ku sertakan beberapa data untuk membantah tulisanmu.  Namun jika adinda Affan menilai cara saya mengomentari tulisan tersebut tetap ‘’Ad Hominem”, tentu itu hak mu. Tak masalah. Anggaplah saja saya sedang bersodakoh. Bukankah pepatah lama mengatakan “Sombong terhadap orang sombong adalah sodakoh.

Dinda Affan ingatlah akan Qalam Ilahi “ Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil”. Dinda Affan, sengaja saya sitir ayat tersebut untuk membersamai keritik-keritik tajamu selanjutnya. Jangan ketidaksukaanmu terhadap Pak Arinal dan Bu Nunik membuat mata hatimu tak tembus pandang lagi. Jangan menghakimi dengan memvonis Pak Arinal dan Bu Nunik telah gagal memimpin Lampung. Terlebih hanya berdasarkan data NTP, Pertumbuhan Ekonomi, dan Angka Pengangguran. Sebab data-data tersebut sangat debatable.

Tidak kah dinda Affan melihat kinerja Pak Arinal dan Buk Nunik dari sudut pandang lain? Tidak kah dinda Affan tau berapa kali Pak Arinal dan Bu Nunik mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat di bidang pertanian? Tidak kah dinda Afan menyelami berapa kali Pak Arinal dan Bu Nunik mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat di bidang peningkatan SDM? Tidak kah dinda Afan mengindrai berapa kali Pak Arinal dan Bu Nunik mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat di bidang pendidikan? Tidak kah dinda Afan memafhumi berapa kali Pak Arinal dan Bu Nunik mendapatkan pujian dari pemerintah pusat atas kinerja penanganan Covid 19 di Lampung? Ayo buka mata dan buka hati. Jangan selalu menilai hasil, belajarlah memahami proses.

Sengaja saya tidak melampirkan data-data untuk mengcounter argumentasimu secara spesifik dalam tulisan ini dinda Affan. Jujur, saya sudah kehilangan minat dalam berdebat kusir melalui tulisan. Masa-masa seperti ini sudah saya lalui satu dasawarsa lalu. Saat ini, saya lebih tertarik berdiskusi secara ilmiah dalam suatu forum. Hipotesa atas diskusi tersebut kita sempurnakan menjadi rekomendasi program kerja yang akan kita distribusikan pada eksekutif dan legislatif. Dengan begitu, maka keritik kita akan lebih bermakna dan bermanfaat untuk kemajuan pembangunan Lampung.

Jakarta 14 November 2021

Aprozi Alam

 

Tags in